logo

29 November 2020

Sosok Mohsen Fakhrizadeh, Arsitek Nuklir Iran yang Ditakuti Israel



GELORA.CO - Ilmuwan nuklir ternama Iran Mohsen Fakhrizadeh dibunuh dalam serangan di luar Teheran pada Jumat (27/11/2020). Dia dikenal sebagai sosok berjasa dalam pengembangan nuklir Iran.

Meski menyandang nama besar, Fakhrizadeh sebenarnya tak begitu dikenal luas di dalam negeri. Terlebih, media lokal maupun nasional jarang menyebutnya. Sekalipun muncul dia hanya disebut sebagai profesor universitas.

Setelah Iran meninggalkan program senjata nuklir, komunitas Barat mulai mengidentifikasi Fakhrizadeh sebagai tokoh kunci dalam upaya tersebut.

"Ingat nama itu, Fakhrizadeh," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, saat menyampaikan presentasi tentang program rahasia Iran pada 2018.

Fakhrizadeh merupakan kepala program nuklir Iran. Dalam catatan Netanyahu, Mohsen memimpin misi nuklir yang disebut Amad (Harapan) Plan.

Dalam presentasi itu, Netanyahu juga menunjukkan foto pertama Fakhrizadeh dan menjulukinya sebagai 'manusia bayangan' dalam upaya senjata nuklir Iran.



Sejak itu nama Fakhrizadeh mulai muncul di situs web resmi Iran, termasuk di acara-acara yang dihadiri pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Tentu saja, pascapembunuhan ini, profil Fakhrizadeh semakin dicari-cari.

Meski demikian, kehidupan Fakhrizadeh sebenarnya tak terlalu diliputi misteri. Bahkan mantan direktur CIA John Brennan mengatakan, Fakhrizadeh tak masuk dalam daftar teroris, apalagi terkait dengan Al Qaeda atau ISIS.

Namun Fakhrizadeh diyakini sosok yang mengetahui betul perkembangan kemampuan nuklir Iran. Tidak heran jika kepergiannya menjadi kerugian besar bagi negara itu.

“Fakhrizadeh sepertinya tahu lebih banyak tentang program nuklir Iran dibandingkan dengan orang yang saat ini masih hidup. Kehilangan kepemimpinan, pengetahuan, tidak diragukan lagi merupakan pukulan bagi Republik Islam,” kata Karim Sadjadpour, rekan Almarhum di Carnegie Endowment for International Peace, seperti dikutip dari The Washington Post, Sabtu (28/11/2020).

Beberapa analis bahkan membandingkan Fakhrizadeh dengan mantan komandan pasukan elite Qasem Soleimani yang dibunuh oleh pasukan Amerika Serikat di Baghdad pada awal tahun ini.

"Mereka paralel dalam hal senioritas dan prestise di Iran meski melakukan dua hal yang sama sekali berbeda," kata Simon Henderson, pakar Timur Tengah di Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat.

Namun para ahli tentang proliferasi nuklir ragu kematian Fakhrizadeh yang berpengalaman puluhan tahun akan berdampak signifikan pada program senjata kontemporer Iran.

Seperti Soleimani, Fakhrizadeh tumbuh berkembang di masa Revolusi Islam Iran yang menggulingkan Shah Mohammad Reza Pahlavi. Dia diperkirakan berusia sekitar 60 tahun saat dibunuh yang berarti usianya sekitar 18 atau 19 tahun saat Revolusi Iran pada 1979.

Setelah revolusi, dia bergabung Korps Garda Revolusi, sebuah kelompok militer yang dibentuk untuk melindungi republik dan menegakkan tujuan ideologis yang ketat.

Setelah itu Fakhrizadeh menjadi tokoh kunci dalam upaya pembuatan senjata nuklir. Sebagai mantan pemimpin Pusat Penelitian Fisika yang terkait dengan militer Iran, dia terlibat dalam menyusun perencanaan hingga memperoleh suku cadang untuk pabrik pengayaan uranium pertama Iran.

Di bawah tekanan negara-negara Barat, program senjata nuklir rahasia Iran secara resmi dihentikan pada 2003. Meski Fakhrizadeh tidak pernah diwawancarai oleh penyelidik Badan Energi Atom Internasional, dia diakui sebagai pemimpin program Amad Plan.

Dia termasuk di antara delapan orang Iran yang dijatuhi sanksi di bawah resolusi PBB tahun 2007 terkait dugaan hubungannya dengan penelitian rudal nuklir atau balistik. (*)