GELORA.CO - Kasus tewasnya George Floyd di tangan polisi kota Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat (AS) memicu amuk massa. Kerusuhan terus berlanjut, menggelinding bak bola salju. Presiden AS Donald Trump melontarkan ancaman untuk menembak penjarah.
Masalah ini bermula ketika George ditangkap pada Senin (25/5) oleh polisi kota Minneapolis, AS. Pria kulit hitam yang bekerja di sebuah restoran itu ditangkap karena diduga melakukan transaksi memakai uang palsu senilai $ 20.
Penangkapan Floyd itu terekam dalam sebuah video yang kemudian viral. Dalam video itu, tangan Floyd diborgol dan kemudian dijatuhkan ke aspal oleh polisi. Seorang polisi menekan leher Floyd dengan lututnya, sembari memasukkan tangannya ke saku.
"Lututmu di leherku. Aku tidak bisa bernapas.... Mama. Mama," pinta Floyd sesaat sebelum dia tewas.
Empat oknum polisi yang bertanggung jawab atas kematian Floyd kemudian dipecat oleh Kepala Kepala Kepolisian Minneapolis, Medaria Arradondo pada hari Selasa (26/5).
Langkah Medaria Arradondo ini mendapat dukungan dari Kepala Asosiasi Kepala Kepolisian Internasional (IACP) dan Asosiasi Kepala Kepolisian Kota Besar (MCCA). Mereka juga marah melihat perilaku oknum polisi yang bertanggungjawab atas kematian Floyd.
Namun, kematian Floyd di tangan polisi ini pun memicu kemarahan publik. Warga turun ke jalan dan bentrok dengan polisi, hingga tiga hari berturut-turut. Mereka menjarah toko-toko dan membakarnya. Polisi bereaksi dengan menembakkan gas air mata dan peluru karet. Bahkan, kantor polisi pun juga turut jadi objek amuk massa.
Satu orang juga dilaporkan tewas pada Kamis (28/5) akibat luka tembak. Polisi sedang menyelidiki apakah dia ditembak oleh seorang pemilik toko di daerah yang dilanda kerusuhan itu.
Merespons kerusuhan yang terus meluas ini, Trump lantas mengeluarkan ancaman. Demonstran yang melakukan penjarahan, akan ditembak oleh aparat.
"Preman-preman ini tidak menghormati memori kematian George Floyd, dan saya tidak akan membiarkan itu terjadi. Saya baru bicara dengan Gubernur (Minnesota) Tim Walz dan mengatakan kepadanya bahwa Militer bersamanya sepanjang jalan. Apa pun kesulitannya dan kami akan mengambil kendali tetapi, ketika penjarahan dimulai, penembakan akan dimulai juga. Terima kasih!" tulis Trump dalam cuitannya, Kamis (29/5/2020).(dtk)