GELORA.CO - Universitas Ibnu Chaldun Prof Musni Umar memuji kiprah Front Pembela Islam (FPI) dan Habib Rizieq Shihab (HRS) dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Ia menilai FPI merupakan ormas yang paling terdepan dalam menegakkan nahi munkar atau mencegah kejahatan.
Musni Umar menyebut FPI dibenci sekelompok kecil masyarakat, tetapi disukai puluhan juta orang.
“Mengapa? Karena FPI amalkan amar ma’ruf dan paling terdepan serukan nahi munkar,” ucap Musni Umar dalam video yang dia bagikan melalui akun Twitter pribadinya, @musniumar, Minggu (22/11).
Ia menjelaskan, salah satu tantangan yang paling besar dihadapi sekarang ini adalah penegakan nahi munkar.
“Kalau amar ma’ruf, ajakan untuk berbuat baik, itu sudah banyak yang melakukannya dan itu tidak pernah ada masalah karena tidak mengganggu kenyamanan, tidak mengganggu perbuatan yang dilakukan,” tambahnya.
Menurutnya, menegakkan nahi munkar berarti melarang keburukan, melarang kejahatan, melarang korupsi, melarang pornografi, melarang zina, dan melarang segala macam kejahatan.
“Dari berbagai organisasi masyarakat yang giat melakukan nahi munkar itu yang paling menonjol hanya Front Pembela Islam,” katanya.
Oleh karena itu, sambung Musni, FPI dibenci oleh mereka yang melakukan berbagai kejahatan, kemungkaran dan ketidakbenaran, termasuk juga Habib Rizieq dibenci.
“Tapi dalam realitas kita menyaksikan yang menyukai dan senangi (HRS) jauh lebih banyak. Berjuta-juta orang yang senang,” katanya.
Namun sebagian besar pecinta HRS memilih untuk diam karena tidak punya kekuasaan. Mereka umumnya tidak mempunyai ekonomi yang kuat, termarjinalisasi dan mereka terpinggirkan.
“Banyak orang-orang yang menginginkan diwujudkannya nahi munkar itu, orang-orang yang ingin melihat Indonesia ini maju, Indonesia ini sejahtera, Indonesia ini yang adil, Indonesia ini ditegakkan kebenaran,” jelas Musni.
Ia menyebut FPI dengan Imam Besar Habib Rizieq hendak diruntuhkan dengan menggunakan kekuatan-kekuatan yang paling ampuh, seperti TNI.
“Oleh karena itu, kita harus mencegah hal itu, karena kalau hal ini dilakukan terus-menerus, akan muncul reaksi keras dari masyarakat dan kita ribut, kita bentrok, kita berkelahi di antara kita,” tambahnya.
Padahal, di dalam keadaan Indonesia seperti sekarang ini diperlukan persatuan.
“Karena kita mengalami krisis, krisis kesehatan, pandemo Coid-19 ini belum ada tanda-tanda akan berakhir,” jelas Musni.
Dampaknya, ekonomi runtuh, semakin banyak orang miski dan susah, serta semakin banyak pengangguran. Hal ini akan menimbulkan masalah besar.
“Negara juga mengalami kesulitan yang luar biasa. Sebelum kejadian Covid-19 ini sudah bannyak utang dan ketika terjadi Covid-19 dijadian alasan untuk berutang dan berutang,” cerusnya.
[psid]