logo

21 Januari 2021

Konflik Internal Keraton Yogya Kembali Menghangat, 2 Adik Sultan Dipecat



GELORA.CO - mencabut jabatan struktural keraton yang disandang oleh dua adiknya, GBPH Prabukusumo dan GBPH Yudhaningrat.

Pengamat menyebut hal tersebut sebagai hal yang tak mengagetkan karena terkait persoalan internal di keraton.

Dalam surat resmi keraton yang tertanda atas nama Hamengku Bawono Ka 10, Sultan mencabut jabatan struktural atau bagian dari tatarakite peprintahan Keraton Yogya yang selama ini disandang GBPH Yudhaningrat dan GBPH Prabukusumo.

Posisi GBPH Yudhaningrat selaku Penggedhe Kawedanan Hageng Punakawan Parwabudaya Keraton Yogyakarta digantikan putri sulung Sultan, GKR Mangkubumi. Sedangkan Pengedhe Kawedanan Hageng Punakawan Nityabudaya Keraton Yogya yang semula dipegang oleh GBPH Prabukusumo, dipercayakan pada salah putri sultan yang lainnya, GKR Bendara.

"Sabar bersabar, kalau saya dengan Dhimas Yudho (GBPH Yudhaningrat) dipun jabel kalenggahanipun, artinya itu dipecat. Karena itu saya membuat ini (pernyataan tertulis) agar warga DIY tahu, kalau saya dan Dhimas Yudho itu tidak salah," kata Prabukusumo, Selasa (19/1).

Lebih lanjut, Gusti Prabu mengaku mengambil keputusan untuk tidak aktif lagi di Kraton sejak enam tahun silam, tepatnya setelah adanya Sabdatama dan Sabdaraja dari Sri Sultan kala itu.

"Artinya, mengapa orang salah tidak mau mengakui kesalahannya, malah memecat yang mempertahankan kebenaran, yaitu kesungguhan pikiran, niat dan hati yang mulia untuk mempertahankan adat istiadat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sejak HB I hingga HB IX," ucapnya.

Sementara itu, Wakil Penghageng Parentah Hageng Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat KPH Yudhahadiningrat menyebut keduanya bukan dicopot. Namun keduanya masih berstatus pangeran rayi dalem Keraton.

"Nggak dicopot kok beliau. Beliau tidak dicopot. Diganti. Diganti kan beda dengan dicopot. Klo dicopot kan dipecat. Nggak kan," kata saat dihubungi wartawan, Rabu (20/1).

"Beliau masih GBPH Prabukusumo kok. Tapi jabatan beliau diganti, tidak dicopot," imbuhnya.

Terlebih, menurutnya, pergantian jabatan struktural di Keraton adalah hal yang biasa. Mengingat perlunya regenerasi di dalam suatu struktur.

Sedangkan Dosen Fisipol UGM Bayu Dardias Kurniadi mengaku tidak kaget dengan hal tersebut. Mengingat GKR Mangkubumi dan GKR Bendara adalah wakil keduanya saat menjalankan posisi di struktural Keraton.

"Setahu saya, saat interview dengan Sultan (HB X) waktu itu sudah sejak lama putri-putri Sultan itu menjadi wakil dari om-omnya (GBPH Yudhaningrat dan GBPH Prabukusumo)," ucapnya saat dihubungi wartawan, Rabu (20/1).

"Nah, sudah sejak 5 tahun terakhir sebenarnya fungsi itu sudah diambil alih oleh putri-putrinya. Jadi sekarang ini, om-omnya ini sudah tidak terlibat sudah cukup lama," lanjutnya.

Seperti halnya GBPH Prabukusumo sudah tidak lagi mengurusi museum sejak lama karena secara de facto diambil alih oleh putri-putri Sultan. Oleh karena itu sekarang hanya tinggal secara de jure saja.

"Karena itu saya tidak kaget, misal saat nyebar udhik-udhik itu saya lihat 3 tahun yang lalu, biasanya kan yang nyebar omnya," katanya.

"Waktu omnya masih pegang udhik-udhik itu menurut cerita Gusti Prabu (Prabukusumo) diambil alih oleh putri-putri Sultan kemudian disebarkan oleh Sri Sultan sehingga omnya mundur. Sejak saat itu om-omnya sudah tidak terlibat lagi di dalam urusan Keraton," imbuhnya.(dtk)