GELORA.CO - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta maaf atas penilaian 'E' atau paling buruk terhadap DKI Jakarta terkait penangan Corona yang sempat disampaikan oleh Wamenkes Dante Saksono Harbuwono. Wakil Ketua DPRD DKI, M Taufik meminta Wamenkes Dante tidak asal ngomong.
Awalnya Taufik menjelaskan dugaan adanya salah menterjemahkan penilaian yang disampaikan oleh Wamenkes Dante. Menurutnya saat itu ada salah tafsir yang disampaikan Kemenkes lewat Wamenkes Dante.
"Iya saya begitu keluar saya sudah buat pernyataan bahwa 'dasar nilai itu apa?' Jangan jangan salah menterjemahkan penilaian yang oleh WHO dengan nilai 0-4 itu penilaian terhadap situasional level, menggambarkan situasi resiko pandemi yang sedang dihadapi, itu kan berdasarkan penilaian WHO, ini ditafsirkan, menurut saya, merubah tafsir itu situasi resiko menjadi kualitas penanganan pandemi dengan nilai A sampai E, saya kira penerjemahan yang keliru," kata Taufik saat dihubungi, Jumat (28/5/2021).
Tak hanya itu, Taufik juga merasa aneh dengan penilaian yang disampaikan Wamenkes Dante terkait penanganan Corona oleh Jakarta yang paling buruk. Pasalnya, kata dia, Jakarta justru yang paling tinggi dalam tes hingga pelacakan.
"Berikutnya menurut saya menilai kapasitas respons Jakarta rendah itu kan penilaian, padahal jelas sekali kapasitas tes, lacak, isolasi perawatan Jakarta itu paling tinggi seluruh Indonesia dengan gap yang besar yang saat itu dalam kondisi yang sangat tidak memadai," ucapnya.
Dia juga menegaskan persoalan Corona persoalan kemanusiaan. Dia mengkritik kesan perlombaan yang disampaikan lewat penilaian setiap daerah.
"Berikutnya saya ingin sampaikan bahwa ini urusan kemanusiaan bukan urusan lomba-lomba, nggak usah ada lomba-lomba, sudahlah," tuturnya.
Atas dasar itulah, Taufik meminta agar pejabat negara sekelas Menteri dan Wakil Menteri tidak lagi asal bicara terkait penanganan Corona. Sebab, kata dia, ini juga bisa berdampak pada ketersinggungan para tenaga medis.
"Jadi saya sih menurut saya agak aneh ya, kalau sudah setingkat menteri, wakil menteri jangan sembarangan juga ngomong. Jadi anda bayangkan, saya yakin tenaga tenaga kesehatan meras tersinggung juga, kedua sekarang dalam posisi landai ini kan menurunkan semangat nantinya. Ya jadi saya minta Wamenkes jangan asal ngomong lah, yang repot jadi Menterinya," ujarnya.
Sebelumnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin meminta maaf kepada seluruh tenaga kesehatan dan petugas yang menangani Corona di DKI Jakarta. Permintaan maaf disampaikan Budi terkait nilai 'E' atau paling buruk yang diberikan Kemenkes kepada DKI terkait penanganan Corona.
"Saya menyampaikan permohonan maaf dari saya pribadi dan sebagai Menteri Kesehatan atas kesimpangsiuran berita yang tidak seharusnya terjadi," kata Budi lewat siaran langsung di YouTube Kementerian Kesehatan RI, Jumat (28/5/2021).
Dia mengatakan peta yang mengandung penilaian A hingga E tersebut merupakan peta risiko. Dia menyebut peta tersebut tak harusnya menjadi penilaian kinerja dari suatu daerah dalam menangani Corona.
"Bahwa indikator risiko ini tidak harusnya menjadi penilaian kinerja di salah satu provinsi yang sebenarnya adalah satu provinsi yang terbaik dan tenaga kesehatannya juga sudah melakukan hal-hal yang paling baik selama ini," tuturnya.
Untuk diketahui, pemerintah pusat menyampaikan penilaian terhadap kualitas pengendalian pandemi tingkat provinsi. Hasilnya, tak ada satu pun daerah yang dianggap melakukan penanganan dengan baik.
Hal itu disampaikan Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono saat rapat dengan Komisi IX DPR RI, Kamis (27/5/2021). Data yang dipaparkannya berasal dari minggu epidemiologi ke-20 atau 16 hingga 22 Mei 2021.
"Atas rekomendasi, kami buat matriks, tadi ada beberapa daerah yang mengalami masuk kategori D dan ada yang masuk kategori E, seperti Jakarta, tapi ada juga yang masih di C. Artinya tidak terlalu, BOR dan pengendalian provinsinya masih baik," ucap Dante.
"Begitu juga kualitas pelayanan. Atas rekomendasi tersebut, maka kami perlihatkan masih banyak yang masih dalam kondisi kendali kecuali di DKI Jakarta ini kapasitasnya E karena di Jakarta BOR sudah mulai meningkat dan juga kasus tracing-nya tidak terlalu baik," sambungnya. []