GELORA.CO - Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menilai, pertanyaan yang ada di dalam tes wawasan kebangsaan (TWK) pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai syarat untuk menjadi aparatur sipil negara (ASN) tentang pemilihan Alquran atau Pancasila berpotensi memecah bangsa ini.
“Bagaimana mengukur orang kesetiaan negara dengan mengukur orang dengan pertanyaan kamu memilih Alquran atau Pancasila?. Itu pertanyaan yang menurut saya bukan hanya repot tapi berpotensi memecah bangsa ini. Seolah-olah masih ada masalah antara Pancasila dan Alquran,” ujar Ray dalam diskusi, Sabtu (29/5/2021).
Menurut Ray, jika ingin mengetahui seseorang pancasilais atau tidak, seharusnya dilihat dari tindakannya bukan kepada cara pandangnya. Ia menilai hal itu harus dibenahi.
"Pikiran orang bisa bermacam-macam terhadap pancasila tetapi mereka adalah pancasilais karena yang diukur bukan soal sebagaimana mereka memahami pancasila yang diukur itu adalah tindakan mereka apakah tindakan mereka betul-betul mencerminkan pemahaman yang kita anut pancasila atau tidak. Ini yang harusnya dilihat," terangnya.
Sebab kata Ray, dengan adanya sejumlah pertanyaan kontroversial di dalam TWK terhadap pegawai KPK malah mengkotak-kotakan agama tertentu.
"Ini tujuannya apa dengan tes wawasan kebangsaan?. Kalau saya qunut kalo saya nggak qunut apa akan lebih mencintai negara? Jadi bukan hanya akan membuat agama tertentu bahkan aliran agama tertentu seolah olah dibedakan," tegasnya.
Seperti diketahui, Pimpinan KPK menegaskan tidak mengetahui isi soal TWK. Pimpinan Lembaga Antikorupsi bahkan tidak ingin mengetahui isi soal tersebut.
"Ada pertanyaan juga, KPK pimpinannya tidak tahu dengan pertanyaan TWK? memang kami tidak tahu dan tidak mau tahu," kata Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Kamis (27/5/2021).[]