GELORA.CO - Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri meminta kepada para kadernya untuk keluar apabila tak mau mematuhi perintah partai.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, menilai pernyataan Megawati itu sebagai peringatan kepada seluruh kader.
"Itu imbauan secara umum kepada kader-kader PDIP siapapun dia, gubernur, bupati, wali kota bahkan presiden itu tidak boleh merasa lebih besar dari partai. Karena mereka bisa seperti itu, bisa menjabat anggota dewan, presiden, gubernur wali kota, bupati ya karena partai, karena PDIP, itu sebenarnya. Imbauan yang cukup bagus untuk menertibkan kader-kader PDIP yang dinilai genit dan merasa lebih besar dari partai," ujar Adi kepada wartawan, Minggu (30/5/2021).
Sindir Ganjar Pranowo?
Adi mengatakan PDIP memiliki sistem komando penuh kepada ketua umumnya. Sehingga, Megawati bisa menentukan masa depan kadernya bisa bertahan di PDIP atau tidak.
"Ini yang saya bilang, memang dibandingkan dengan partai-partai lain PDIP memang agak sedikit berbeda, bahkan PDIP ini tidak segan memecat dan memberhentikan kader yang dinilai membelok, tidak bisa diatur, indisipliner sekalipun kadernya itu memiliki elektabilitas, popularitas dan tokoh penting di negara ini," ucapnya.
"Makanya kalau dibaca konteksnya ini peringatan kepada Ganjar dan calon-calon Ganjar yang yang lain, bahwa apapun Anda, tidak boleh merasa tidak boleh melebihi partai," sambungnya.
Lebih lanjut, Adi mengatakan Megawati juga pernah mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai petugas partai di periode pertama pemerintahan. Hal itu menunjukkan bahwa kuasa partai lebih tinggi.
"Bahkan dulu Presiden Jokowi di periode pertama, Megawati secara terang benderang mengatakan Jokowi adalah petuga partai, itu menegaskan bahwa partai itu di atas segala-galanya, dia di atas presiden, presiden yang dari partai maksudnya, dia di atas gubernur, bupati, wali kota dan anggota dewan dan sebagai partai kapan saja bisa mencopot dan memberhentikan kader tersebut," katanya.
Pernyataan Megawati
Sebelumnya, Megawati Soekarnoputri dengan nada tinggi mengatakan bagi kadernya yang tidak mau menjadi petugas partai dipersilakan untuk keluar. Megawati menyinggung mantan kader PDI Perjuangan yang pernah dipecat kini bergelimpangan tak jelas.
"Maka lebih baik kalau saya boleh bilang, kalau nggak mau jadi petugas partai, saya nggak ngomong lagi anggota partai, petugas partai.
Artinya yang diberi tugas oleh partai, out! begitu aja, mundur. Jangan lagi orang yang kemarin toh. Saya cerita toh saya cerita ada kasus. Saya pecat nah baru dah, gelimpangan nggak jelas," kata Megawati dalam siaran langsung di kanal YouTube PDI Perjuangan, Minggu (30/5/2021).
Megawati menceritakan eks kadernya itu kemudian minta dikembalikan ke partai banteng moncong putih itu. Megawati juga tidak mengungkap identitas kader yang dipecat itu.
"Nangis-nangis minta dikembalikan bla bla bla, hey itu apa? Ini tidak, ini dan ini tidak jadi satu. Masa kan telat toh, telat mikir toh. Terang berkhianat sama partai ya out. Mau mundur apa out, gitu wae. Jangan sampai deh masa-masa sekarang ini ada yang seperti gitu lho. Akan saya omongi terus setiap kali, mengingatkan," kata Mega.
Megawati optimistis PDI Perjuangan akan menjadi partai pemenang. Dia tidak perduli ada masyarakat lain yang mencibir keoptimisan dia tersebut.
"Nah jadi kan, kita ini kan mau menang. Kita mau jadi partai pelopor. Bisa apa tidak, bisa. Kalau saya ngomong gini, kan mungkin aja ada yang mencibir. Ya terserah aja," ujarnya.
Megawati menuturkan sejatinya bala tentara yang dimilikinya saat ini adalah para kader PDI Perjuangan. Dia meminta semua kader untuk tidak lemah dan mau bergerak untuk membesarkan partai.
"Kalau saya sih, karena kalian ini lho. Tahu nggak, bala tentara saya ya kalian. Kaliannya melempem, melempem lah saya. Jangan lupa lho. Kalau kalian nggak mau bergerak mau gimana besar partai kita," tuturnya.(dtk)